Ada Dunia Yang Berbeda, Yang Saya Rasakan Ketika Saya Menulis. Ya, Inilah Dunia Saya :)

Mengenai Saya

Rabu, 16 November 2011

Kau tidak boleh mencintaiku ya!

"cinta itu misterius, tak ada yang tau bagaimana cinta itu datang"


"Hey, boleh ya gue duduk disini" kata dia sambil senyum .
Pengen bilang enggak boleh tapi enggak enak, setengah maksa gitu sih dia nya, jadi ya apa boleh buat, dengan setengah terpaksa aku jawab "iya boleh" sambil senyum terpaksa.
Fahmi, teman sekelas ku yang kata teman teman ku begitu sangat mengagumkan, bagiku hanyalah sesosok murid yang bandel, yang sok, yang angkuh, seakan akan dirinyalah yang paling berkuasa dikelas.
Aku pun bingung kenapa teman teman ku bisa menyebut dia tampan, cool, dan lain lain lah, untuk menjelaskan nya saja aku muak -.-
"Jutek banget sih, manisnya ilang loh" katanya sambil menggangguku yang sedang sibuk dengan catatan ku.
"Ah dasar playboy cap kucing" gumam ku dalam hati.
Aku tidak membalas omongan nya, percuma, buang buang waktu saja. dia memang seperti itu orangnya, selalu penuh dengan rayuan rayuan norak kepada setiap cewek disekolah.
                                                                            ****
Suatu hari, sekolahku mengadakan acara akhir tahun, seperti pementasan theater, dan anak anak sekelas di audisi untuk dipilih siapa yang menjadi pemeran utama dalam theater itu.
Dan akhirnya aku terpilih sebagai pemeran utama wanita dalam drama itu, dan tau kah kalian siapa yang menjadi pemeran utama pria nya? ya, Fahmi.
ah aku malas jika harus beradu akting dengan dia.
Awalnya ku menolak, tapi Bu Dewi memaksa ku, untuk membantu Fahmi agar lebih baik lagi, katanya.
"Tapi kenapa harus saya bu?" tanya ku mengeluh, "Sudahlah, lakukan dengan baik, lagipula kalian masih punya waktu 2 bulan untuk latihan kan" kata Bu Dewi.
Baiklah, sekarang aku tidak bisa menolak lagi. Aku terima!
Setelah pembagian peran itu, Fahmi menghampiriku.
"Jadi kapan kita bisa mulai latihan bersama?" tanya nya dengan gaya nya yang sok ganteng.
"Latihan saja dirumah masing masing, kenapa harus bersama dengan ku? mimpi kau!" jawabku ketus.
"Hey, kau kan tau aku, untuk menghafal bunyi hukum Newton II saja aku tidak bisa, apalagi untuk menghafal dialog sebanyak ini!" ujar dia.
"Usaha lah!!" jawab aku.
"Ayolah, bantu aku, lagipula ini demi kau juga kan, demi sekolah kita" katanya, memaksa.
"Baiklah, tapi dengan satu syarat!" jawabku tegas.
"Apa??" tanya dia.
"Kau tidak boleh mencintaiku!!" jawabku
"apa? mencintaimu? kau gila ya? yang benar saja! itu tidak mungkin! haha" jawabnya dengan tawa lepas
"Aku serius, Fahmi!!" bentak ku.
"Oke oke, serius, aku tidak akan pernah mencintaimu, aku janji!" ujarnya dengan lantang
"Baiklah, nanti sore datanglah kerumah ku, jangan lupa membawa naskh dialog nya!" jawabku sambil meninggalkan nya bergegas pulang kerumah.
"Siap bos!" kata dia, disambung dengan tawa nya dan teman teman  nya, terkesan meremehkan ku.
                                                                                ****

Klakson mobil terdengar nyaring dari kamarku, "pasti fahmi nih" pikirku.
akupun segera turun dan menuju ke depan, benar saja, dia sudah ada di depan pintu rupanya.
"Telat ya? sorry ya, biasa macet"
"Ayo masuk! aku akan mengambil dialog ku dulu dikamar"
"Oke dinda" katanya.
"tumben dia menyebut nama ku", pikirku dalam hati.
Ya, kami pun belajar bersama, mempraktikan dialog yang ada di naskah drama itu.
Susah sekali mengajari dia untuk menghafal dialog dialog ini, aku ragu dia bisa.
Waktu sudah menunjukan jam 7 malam, dia bergegas pamit pulang.
"Ah susah sekali, pokoknya besok kau harus mau mengajari ku lagi ya!" kata dia sambil berjalan menuju mobilnya.
"Iya bawel! makanya yang serius dong!" bentak ku.
"Bawel teriak bawel" ejek nya sambil tertawa lepas, huh seperti tidak punya dosa saja bilang seperti itu, pikir ku.
Sejak saat itu, aku dan fahmi jadi banyak menghabiskan waktu bersama.
                                                                                ****

suatu hari di sekolah, saat istirahat, aku menghampiri dia yang sedang berkumpul dengan teman teman nya.
"nanti sore jangan upa datang kerumahku ya, ingat, jangan telat!" kata ku.
"kerumah mu? hahaa jangan mimpi kau freaky girl!" jawab nya sambil tertawa puas dengan teman teman nya.
Aku terkejut mendegar jawab nya, sangat sangat terkejut. 1 bulan aku telah bersama sama, tapi kenapa kali ini dia berubah. aku bergegas menuju kelas, dan duduk terdiam, mematung di tempat duduk ku.
Bagaimana bisa, dia yang memohon mohon agar ku ajarkan menghafal dialog, tapi malah menjawab seperti itu di depan teman teman  nya, aku kecewa dengan ucapan nya, sangat kecewa!
                                                                                ****

Sore hari, saat ku terdiam di jendela kamarku, sambil menikmati indahnya langit sore, dia datang.
ya, Fahmi datang kerumahku.
"Untuk apa kau masih datang kesini, bukan kah aku hanya freaky girl yang tidak mungkin untuk kau datangi? hah?" bentak ku padanya.
"Hey, dengar dulu penjelasan ku. Aku tidak sungguh sungguh berbicara seperti itu, kau tau lah, teman teman ku! Aku tidak bisa berteman denganmu"
"Oh, oke sekarang aku mengerti, kau tidak bisa berteman dengan ku karna menurutmu dan teman teman mu aku hanyalah freaky girl kan? dan kau malu bila teman teman mu tau setiap sore kau datang kerumah ku? kau mau nya kita berteman secara rahasia, hanya karna drama ini? begitu kan?" ujarku dengan kesal
"Bukan begitu maksud ku...."
"Sudahlah, aku lelah, pulanglah kau!" kata ku memotong pembicaraan nya, dan membanting pintu.
Ayahku yang mendengar percakapan ku tadi bertanya "Fahmi ya? anak begundalan itu? sudah tau dia begitu, masih saja kau mau berteman dengan nya!"
"Sudahlah ayah, hanya masalah kecil" kataku menenangkan nya.
Aku bergegas menuju kamar, terdiam, mematung di jendela kamar sambil melihat langit sore yang mendung, dan entah kenapa tiba tiba air mataku jatuh, perlahan menetes. Huh, entah apa yang kupikirkan. Sebaiknya aku fokus ke pementasan drama yang tinggal 3 minggu lagi saja.
                                                                                 ****

3 hari sudah aku tidak masuk sekolah. Penyakitku kambuh. Ya, aku sakit. Sejak usia 12 tahun, aku sudah mengidap penyaki "acute myelogenous leukemia", yaitu suatu bentuk leukemia (kanker darah) parah yang melibakan sel darah putih myelosit. 5 tahun sudah aku berusaha kuat menghadapi penyakit itu, selama 5 tahun aku mengikuti terapi sinar (terapi radiasi) untuk mencegah kambuh nya penyakit ku ini. Sakit, sungguh sakit. Rasanya aku tidak kuat menghadapi semuanya, satu satu nya semangat ku untuk hidup hanyalah Ayah. ya, hanya ayah yang merawatku sejak aku kecil, sepeninggalnya ibu ku. Aku beruntung memilki ayah sepertinya, yang hidup nya dipersembahkan hanya untuk membuatku bahagia dan sembuh dari penyakitku.
Ayah membawaku ke rumah sakit tempat ku biasa melakukan terapi radiasi.
Aku diperiksa oleh dokter Andri, dokter yang menanganiku sejak awal.
Setelah aku diperiksa, dokter Andri memanggil ayah ku, ada hal penting yang harus di bicarakan, katanya. Aku yang tak berdaya hanya terbaring lemas di tempat tidur pasien sambil berharap semoga hal yang ku takutkan tidak terjadi.
"Dinda sudah semakin parah, Pak. Kita tidak bisa terus menerus memberikan nya terapi radiasi, tubuhnya makin rentan pak" ujar dokter Andri.
"Lalu bagaimana dok? saya hanya ingin anak saya sembuh" jawab Ayah.

"Satu satunya jalan hanyalah dengan melakukan transplantasi sumsum tulang, bagaimana? apakah bapak setuju?"
"Apa tidak ada cara lain dok? transplantasi sumsum tulang sangat besar kan resikonya"
"Ya, bila gagal, transplantasi sumsum tulang ini akan berakibat fatal, lalu bagaimana? hanya ini satu satunya jalan pak, karena dinda sudah semakin parah"
"Baiklah, beri saya waktu untuk berfikir bagaimana baiknya, dok" kata ayah.
Dengan tampang sedih, ayah mengajak ku pulang. Aku bingung, aku pun memberanikan diri untuk bertanya, "Ayah, bagaimana penyakit ku ini? apa kata dokter Andri?"
"Dokter menyarankan kamu untuk transplantasi sumsum tulang nak, apa kamu bersedia? jawab ayah dengan nada lirih
"Aku tidak mau ayah! aku tau apa itu transplantasi sumsum tulang, sangat besar resikonya jika gagal dalam operasi ini" jawabku dengan lantang
"Tapi tidak ada jalan lain nak, hanya itu satu satu nya" kata ayah
"Kalau begitu, aku memilih untuk tidak diobati saja penyakit ku ini, toh sama saja kan, diobati atau tidak, hidup ku juga tidak akan lama kan, Yah" jawabku, air mata pun sudah jatuh di pipi ku.
                                                                              ****

Seminggu sudah, kondisi ku membaik. Akupun kembali bersekolah. Sahabat sahabat ku menyambut ku dikelas, mereka memeluk ku, sambil berkata bahwa aku akan sembuh.
Itu juga harapan ku. tapi seandainya saja mereka tau, hidup ku tidak akan lama lagi..
"Hey, lama tak melihat mu, kemana saja kau?" sapa fahmi, di depan teman teman nya, tumben, sikapnya agak lebih baik padaku.
"Aku ada urusan keluarga di luar kota bersama ayahku" jawabku dengan senyum.
"Selama itukah?" tanya nya.
"Hey, aku hanya tidak masuk 1 minggu, sekangen itukah kau padaku? hahaha" jawabku bercanda, yang juga ditertawai oleh teman teman nya fahmi, yang aku lihat, fahmi hanya tersenyum malu.
Aku berjalan kearah kantin untuk membeli minum. Aku yang sedang duduk sambil menunggu minuman ku datang, dikejutkaan oleh kedatangan fahmi yang tiba tiba sudah duduk di samping ku.
"Tau tidak, selama kamu tidak masuk, aku merindukan mu" katanya memulai percakapan.
aku tidak menjawab perkataan nya, aku hanya menatap matanya dengan kaget.
"Aku serius, Dinda!" ucap dia lagi. Kali ini aku merasa dia benar benar serius.
"Bagaimana bisa??" tanya ku penasaran.
"Cinta itu misterius,tidak ada yang tau bagaimana cinta itu datang. Aku sudah mulai terbiasa bersama dengan mu, terbiasa bercanda dengan mu, terbiasa menghabiskan waktu bersama denganmu, dan tiba tiba kau tidak ada, aku kehilangan mu, Dinda" ucap dia dengan serius.
Aku terkejut, aku bergegas meninggalkan dia menuju kelas. Aku tidak menyangka dia bisa berbicara seperti itu.
Dia mengikuti ku sampai ke kelas.
"Dinda, aku mencintaimu!" ucap dia lantang
aku menatap nya, "Kamu lupa dengan janji mu? kau kan sudah janji tidak akan pernah mencintaiku!" jawabku.
"Kenapa? kenapa aku tidak boleh mencintaimu?" tanya dia.
"Suatu saat kau akan mengerti, Fahmi" jawabku lagi.
                                                                              ****

Aku dan Fahmi makin sering menghabiskan waktu bersama, bahkan dia sekarang tidak memperdulikan teman teman nya yang dulu menyebutku freaky girl.
Dia jadi sering mengajak ku jalan, pergi keluar seperti nonton film, atau hanya sekedar menikmati langit sore. Aku melihat sosok Fahmi yang beda, beda dari yang pertama kali ku lihat. Aku melihat ketulusan dimatanya, ya, cinta yang tulus.
                                                                              ****

Waktu yang ditunggu tunggu pun telah tiba, ya, pementasan drama. Aku dan Fahmi tidak begitu gugup, karena kami telah latihan bersama.
Dan pertunjukan pun selesai, berjalan sukses.
Bu Dewi mengucapkan selamat kepadaku dan fahmi karena sangat bagus dalam pementasan dram tadi. Ya, aku dan Fahmi sangat senang.
"Terimakasih ya, ini semua berkat kamu" ucap dia
"Berkat usaha kamu juga koq" jawabku
"Dinda, aku benar benar mencintaimu, maukah kau menjadi seseorang yang sangat berarti di hidupku selamanya?" tanya dia, sambil memberikan ku sebuah cincin yang indah.
"Maafkan aku, aku tidak bisa" jawabku sedih
"Kenapa aku tidak boleh mencintaimu?" tanya dia
"Aku sakit Fahmi, aku sakit!" jawabku, tak terasa air mata pun berlinang di pipiku.
"Kamu sakit? Aku antar pulang ya" kata dia
"Bukan itu maksud ku, Aku sakit, Leukemia , hidupku tidak akan lama lagi! karena itu aku tidak membolehkan mu untuk mencintaiku, walaupun sebenarnya aku juga mencintaimu"
Suasana hening. Fahmi terkejut, raut muka nya pun menjadi sedih, aku menatap matanya yang berkaca kaca.
"Kamu harus kuat, Dinda! Aku akan selalu ada di sampingmu" ucap dia sambil memeluk ku.
                                                                            ****



Sudah 5 hari aku dirawat diumah sakit, kondisi ku makin lemah.
Dokter Andri menganjurkan agar aku segera di operasi transplantasi sumsum tulang, tapi aku menolak.
Aku takut.
Aku takut tidak bisa membuka mata lagi.
Aku takut tidak bisa melihat keindahan langit sore lagi.
Aku takut berpisah dengan Ayah.
Aku takut harus meninggalkan Fahmi, yang begitu aku cintai.
Selama aku dirawat dirumah sakit, fahmi selalu menemani ku,
"Kamu yang kuat ya sayang, aku yakin kamu bisa menghadapi semuanya, kamu jangan takut, aku selalu ada disini, disamping kamu" bisik nya kepadaku.
Ya, dia lah semangat ku, dia lah kekuatan hidupku selain ayah pastinya.
Aku beruntung memilki Fahmi, yang begitu menyayangiku dan selalu menemaniku di sisa hidupku ini.
Akhirnya, berkat bujukan fahmi, aku bersedia di operasi transplantasi sumsum tulang. Walaupun sebenarnya aku masih sangat takut.
Tapi, bagaimana pun hasilnya nanti, itu adalah yang terbaik untuk ku.


 aku menulis surat terakhir untuk fahmi sebelum aku di operasi..

dear fahmi,
jika aku hidup, itu berarti tuhan masih memberiku kesempatan untuk tetap bersama mu, sayang..
tapi jika aku tiada, percayalah, tuhan memberiku tempat yang indah disana..
terimakasih untuk waktu yang singkat ini..
kamu adalah semangat hidup ku..




                                                                   *****









itulah sebuah cerpen karya saya,
bagaimana menurut kamu?
with love,
Wini Angrainy




Tidak ada komentar:

Posting Komentar